Kamis, 15 Oktober 2015

GERAKAN MASYARAKAT TERHADAP GREEN ARCHITECTURE

Gerakan biopori gencar dilakukan oleh masyarakat Bandung. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kegiatan gerakan sejuta biopori yang diadakan oleh masyarakat Bandung. Gerakan biopori ini menunjukkan ikut andilnya masyarakat terhadap Green Architecture di Indonesia. Masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya arsitektur yang berwawasan lingkungan.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meluncurkan gerakan sejuta biopori di parkiran utara Tegalega, Jalan Otto Iskandardinata, Bandung, Jawa Barat, Jumat, (20/12/2013), pagi. Pada kesempatan itu Ridwan didampingi Wakil Wali Kota Bandung Oded M Danial dan sejumlah pejabat Kota Bandung lainnya.
Mereka melakukan pengeboran pada tanah menggunakan alat pengeboran besi panjang dengan kedalaman 100 sentimeter dan lubang silindris berdiameter 10 sentimeter atau 1 jengkal tangan. Kemudian, tanah yang sudah dilubangi dimasuki sampah organik.
"Ini kedalamannya harusnya satu meter nih," kata Ridwan sambil mengebor tanah, Jumat, (20/12/2013), pagi.
Ridwan mengatakan, hal yang mendasar diadakannya kegiatan ini, karena munculnya permasalahan lingkungan seperti bencana banjir yang melanda Indonesia, termasuk Bandung.
"Gerakan ini merupakan kegiatan gotong royong warga Bandung untuk membuat lubang resapan biopori dengan harapan mengurangi genangan air yang menyebabkan banjir, menyuburkan tanah, mengelola sampah organik dan sekaligus menabung air," kata wali kota yang sering disapa RK oleh warga Bandung itu.
"Nanti itu, tanah yang kita bor dan kita masukan sampah organik akan berfungsi untuk memberi makanan pada flora - fauna agar membentuk biopori ditanah," tambahnya.
Ridwan menambahkan, pembuatan biopori dipilih karena pengerjaannya relatif sederhana untuk mengatasi permasalahan lingkungan, khususnya di Bandung.
"Ini (biopori) adalah cara yang paling murah dan sederhana. Sebenarnya ada juga 4 cara lain untuk mengatasi permasalahan lingkungan (banjir)," katanya.
Empat cara lain itu, kata Ridwan, adalah membuat danau, memperbanyak pembuatan gorong-gorong, membuat sumur resapan, dan mendaur ulang air hujan.
"Empat poin ini memakan waktu yang lama dan juga biayanya mahal. Tapi, kalau untuk jangka panjang kita juga akan coba buat danau untuk menampung air itu. Kalau cara ini (biopori) kan murah, hanya modal Rp 150.000, kemudian jika alat bor-nya tidak dipakai, bisa dipinjamkan juga kan sama yang lain," imbuhnya.
Ridwan mengatakan, gerakan sosialisasi biopori ini telah dilakukan pada 14 Desember - 17 Desember 2013 di 151 Kelurahan di Bandung. "Kami memberikan pelatihan teknis kepada Ketua RT dan RW dan relawan wilayah untuk memotivasi warganya dalam menangani permasalahan lingkungan," katanya.
Hingga saat ini, sambungnya, sudah ada 6.500 relawan yang siap membantu gerakan sejuta biopori ini. Ridwan mengatakan, gerakan sejuta biopori di Bandung ini melibatkan 400.000 kepala keluarga di 9.691 RT di 30 kecamatan di Bandung.
"Jadi gini, kalau 1 RT bisa 120 lubang X 9.691 RT, jumlahnya sekitar 1 Juta lebih kan. Jadi ada sejuta lebih biopori, kan kalau lubangnya banyak, akan berefek pada perbaikan lingkungan, kalau lubangnya cuma satu ya, enggak akan ngefek," ujarnya.
"Ayo, kita bergerak membuat lubang biopori. Masa aja tidak bisa, kemarin ada seorang nenek juga yang ikutan. Masa kalah sama nenek-nenek yang bertahan ngebor sampai 20 menit," sindirnya.

Menurutnya, gerakan sejuta biopori ini tidak akan dilakukan saat ini (hari ini) saja, tapi, kata Ridwan, untuk tahun mendatang, program ini akan diberlakukan 1 tahun 2 kali gerakan. "Kita fasilitasi, 1 RT satu alat bor, jadi nanti RT yang belum kebagian alat bor bisa melapor kepada kami," imbaunya. (K76-12).
Efektivitas Gerakan Sejuta Biopori dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain :
1. Mengurangi waktu genangan air di tanah, terutama apabila terjadi hujan, sehingga tidak menimbulkan banjir, mengurangi pertumbuhan jentik penyakit yang biasa timbul di daerah genangan
2. Pembuatan lubang resapan biopori tidak membutuhkan lahan yang luas, sehingga dapat dibuat di setiap tempat, bahkan bisa dibuat di sekeliling pohon dan paving block
3. Alat yang dibutuhkan untuk membuat lubang resapan biopori hanya alat bor yang dapat dipakai berulang-ulang dan harganya relatif murah, sekitar Rp. 250.000, sehingga untuk membuat lubang resapan biopori ini cukup murah
4.Selain berfungsi untuk meresapkan air, manfaat dari lubang resapan biopori adalah untuk mengurangi sam[ah orgawanik yang terbuang ke TPS atau TPA, karena sampah tersebut dimasukkan ke dalam lubang dan mengalami proses dekomposisi sehingga menghasilkan kompos yang dapat menyuburkan tanaman.
5. Secara otomatis, lubang resapan biopori juga merupakan teknologi sederhana untuk mengurangi efek emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan dari sampah (CH4).

FOTO KEGIATAN :



VIDEO :








Menurut pendapat saya, perlu bagi setiap daerah mengadakan hal yang seperti ini, karena permasalahan banjir sering dihadapi tiap daerah hamper di setiap musim penghujan, dengan menerapkan kegiatan biopori minimal pada masing- masing rumah, akan memiliki dampak yang besar, selain itu jika gerakan ini sudah dapat dilakukan, alangkah baiknya kita dapat melakukan hal positif lain yang dapat menunjang green architecture, seperti misalnya, mengadakan kegiatan gotong royong untuk membuat pengolah air hujan, bak penampungan yang nantinya akan dapat dimanfaatkan oleh para masyarakat/ warga sekitar.
Gerakan ini juga dapat dikatakan mudah karena tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tingkat pengerjaannya juga mudah. Cukup menyediakan bak untuk penampung pada tiap- tiap rumah, yang di hubungkan dengan talang, lalu dari masing- masing bak, akan dihubungkan pada satu tangki penampungan besar, yang nantinya dapat dikelola bersama atau secara komunal, demi kepentingan bersama.
Dengan adanya tindakan seperti ini, minimal masyarakat dapat menghemat sampai 50% penggunaan air, hal ini otomatis akan memberikan efek penghematan energy yang berkelanjutan. Selain itu, perlunya juga mengadakan kegiatan-kegiatan ukm bagi warga, penyuluhan mengenai arsitektur dengan wawasan lingkungan, sehingga masyarakat dapat mengetahui, pentingnya Prinsip hemat energy yang diterapkan di rumah- rumah. Penampungnan air hujan dapat mengatasi beberapa penggunaan air, seperti misalnya penggunaan air untuk cuci baju, mandi, menyiram tanaman, dll. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi seluruh masyarakat luas, mulai dari penghematan energy, biaya, maupun menciptakan hubungan social yang baik bagi seluruh masyarakat kampung.
Namun, gerakan penampungan air hujan yang bersifat komunal juga harus memperhatikan kualitas air yang dihasilkan. Pemantauan air dapat dibedakan menjadi 4 golongan :
1.       Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu
2.       Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan seagai air baku air minum
3.       Golongan C, yaitu air yang digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan
4.       Golongan D, yaitu air yang digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industry, dan pembangkit listrik tenaga air. (H Effendi,2003)
Ada pula tujuan pemantauan kualitas air yang diperlukan memiliki beberapa tujuan utama, yaitu
1.       Environmental surveillance, yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan tersebut setelah pencemar tersebut dihilangkan.
2.       Estavlishing Water-Quality Area, yakni tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara perubahan variabel- variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas air.
3.       Appraisal of Resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada suatu tempat secara umum.(H Effendi,2003.)
Jika penentuan kualitas air, tidak dilakukan maka masyarakat tidak akan tahu apakah air tersebut merupakan air yang kotor atau tidak, air yang kotor memiliki bahaya, karena air yang kotor merupakan sumber aneka ragam penyakit. Sebab, air kotor bisa mengandung bibit penyakit yang berasal dari berbagai sumber. Air yang kotor dapat menyebabkan gatal- gatal, tipus, hepatitis, disentri, demam oleh kutu air,dll. Air yang kotor juga akan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi serangga- serangga penyebar penyakit tertentu. Contoh ialah nyamuk anopheles penyebar penyakit malaria. (O Untung, 2004.)




Solusi lainnya yang dapat saya berikan ialah, penyediaan wadah bagi masyarakat yang mau peduli akan Prinsip Green Architecture, perlunya tempat untuk menampung ide- ide kreatif dari tiap- tiap kampung atau masyarakat, yang nantinya dapat dikembangkan dan di aplikasikan langsung untuk masyarakat sekitar, demi terwujudnya konsep hemat energy.




DAFTAR PUSTAKA

Untung, Onny. Menjernihkan Air Kotor. Niaga Swadaya, 2004.
Pertanian, Badan Litbang. "Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan." (2012).
Aqil, Muhammad, Yomota Atsshi, and Abi Prabowo. "Model Pengelolaan Sumberdaya Air di Jepang." Majalah INOVASI (2006): 43.


Nama : Alfon Julio
Nrp : 21213010
www.arsitektur.widyakartika.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar