Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur
Hijau adalah
1. arsitektur yang
minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta
minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
2. Suatu pendekatan
perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh
membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungannya.
Rumah Hemat Energi adalah suatu langkah maju suatu desain Arsitektur rumah yang merespons terhadap kondisi iklim setempat (sinar matahari dan gerakan udara) dalam usaha melakukan aktifitasnya (kenyamanan thermal & visual -strategi penerangan dan pendinginan) dan ditekankan tanggap terhadap konteks sosial yang terjadi belakangan ini (krisis energi listrik-gerakan hemat energi dan pemanasan global-masalah lingkungan). (E Prianto, 2007)
Rumah Hemat Energi adalah suatu langkah maju suatu desain Arsitektur rumah yang merespons terhadap kondisi iklim setempat (sinar matahari dan gerakan udara) dalam usaha melakukan aktifitasnya (kenyamanan thermal & visual -strategi penerangan dan pendinginan) dan ditekankan tanggap terhadap konteks sosial yang terjadi belakangan ini (krisis energi listrik-gerakan hemat energi dan pemanasan global-masalah lingkungan). (E Prianto, 2007)
Prinsip-
prinsip yang terdapat pada arsitektur hijau
1. Conserving
Energy (Hemat Energi)
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
1.
Banguanan dibuat memanjang dan tipis
untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
2.
Memanfaatkan energi matahari yang
terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan
alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap
dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan
arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
3.
Memasang lampu listrik hanya pada
bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol
penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya
sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
4.
Menggunakan Sunscreen pada
jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas
yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
5.
Mengecat interior bangunan dengan
warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan
intensitas cahaya.
6.
Bangunan tidak menggunkan pemanas
buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk
melalui lubang ventilasi.
7.
Meminimalkan penggunaan energi untuk
alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working
with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
1.
Orientasi bangunan terhadap sinar
matahari.
2.
Menggunakan sistem air pump dan cros
ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam
ruangan.
3.
Menggunakan tumbuhan dan air sebagai
pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
4.
Menggunakan jendela dan atap yang
sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang
sesuai kebutuhan.
3. Respect
for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
1.
Mempertahankan kondisi tapak dengan
membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
2.
Luas permukaan dasar bangunan yang
kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
3.
Menggunakan material lokal dan
material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect
for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting
New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
Salah
satu contoh penerapan Green Architecture Indonesia
Kantor Production House Samsara
Lokasi : Jakarta Selatan
Arsitek : studio akanoma
Tim desain: yu sing, wilfrid, peter
antonius, benyamin narkan
Kontraktor: thomas suwanto
Foto: kristoporus primeloka
Bangunan
ini merupakan bangunan yang dijadikan sebagai kantor informal, dimana kantor
ini menjadi tempat Ruang pencarian ide, sekaligus bermain-main. Fungsi utama
bangunan ini ialah sebagai tempat penggarapan produksi film maupun iklan-iklan.
Bangunan ini menghadap ke arah barat, maka bangunan dibagi menjadi 2 massa
besar kiri dan kanan memanjang menghadap utara dan selatan. Sisi barat untuk
kamar mandi dan balkon. Panas matahari yang berlebih telah dikurangi cukup
banyak. Bagian tengah massa adalah ruang jembatan. Lantai bawah untuk teras.
Lantai atas ruang duduk informal. Sebetulnya fungsi2 ruang tidaklah sekaku itu.
Ruang duduk suatu saat bisa menjadi latar produksi iklan produk tertentu. Juga
ruang-ruang lain.
Konsep
utama dari bangunan ini ialah “ Playing Seriously”, dimana setiap kali para
pekerjanya berkarya, selalu dianggap sebagai sebuah kegiatan bermain, hal ini
dapat Nampak dalam bangunan kantor mereka. Owner ingin menerapkan, ketika para
pegawainya bangun tidur, mereka ingin cepat- cepat pergi bekerja dan bertemu
dengan teman- teman.
Sesuai
fungsinya sebagai rumah produksi, perlu banyak variasi suasana agar memberikan
kemungkinan latar gambar video menjadi beragam. Massa kiri/utara cukup besar 2
lantai dibangun menggunakan scaffolding (alat bantu konstruksi) sebagai
struktur utamanya. Massa dari bangunan ini di bagi menjadi 3 massa utama :
·
Massa kiri/ utara berfungsi sebagai ruang workshop dan produksi.
·
Massa tengah berstruktur baja,
dengan anak tangga kayu yang dipasangi per dan digantung angklung agar berbunyi
setiap anak tangga diinjak.
·
Massa kanan/selatan sebagai kantor2
berstruktur beton 2 lantai dan ditumpangi massa berstruktur kayu di lantai 3
yang dibuat panggung di atas kolam. Fasade depan massa beton dijadikan dinding
panjat tebing untuk tempat melepas penat tim kerja rumah produksi ini.
Penerapan Green Arsitektur pada
bangunan ini :
·
Meminimalisir penggunaan lampu pada
siang hari, hal ini dapat dilihat dari banyaknya bukaan yang diberikan, selain
itu ada juga penggunaan barang- barang bekas/ recycle yang menambah bukaan yang
ada. Bukaan ini dapat dilihat dari :
Cahaya yang sampai pada mata manusia sebaiknya berada pada pada tingkat terang yang mencukupi, tidak terlalu redup, juga tidak terlalu terang. Cahayayang terlalu terang dan didukung kontas yang amat besar antara bidang pekerjaan dengan sekelilingnya akan menimbulkan silau. (Hemat Energi & Lestari Lingkungan melalui Bangunan, 2012).
Teknologi hijau adalah teknologi yang dalam pembangunan atau aplikasinya menggunakan sumber daya alam termasuk matahari, juga minim menimbulkan dampak negative bagi lingkungan, alam, dan manusia.(Green Architecture, Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia, 2010).
Secara prinsip dalam strategi desain penerangan ditentukan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu penerangan dalam suatu bangunan, seperti :
1. Arah sumber datangnya cahaya matahari
2. Penzonaan ruangan dan lay-out bangunan
3. Aspek pemantulan
4. Pembentuk daerah bayangan
5 penerangan elektrik (E Prianto,2007)
Secara prinsip dalam strategi desain penerangan ditentukan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu penerangan dalam suatu bangunan, seperti :
1. Arah sumber datangnya cahaya matahari
2. Penzonaan ruangan dan lay-out bangunan
3. Aspek pemantulan
4. Pembentuk daerah bayangan
5 penerangan elektrik (E Prianto,2007)
· Meminimalisir penggunaan Energi untuk AC, dan menggunakan penghawaan alami. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bukaan yang diberikan pada bangunan membuat penghawaan yang digunakan oleh bangunanpun merupakan penghawaan yang bersifat alami.
·
Menggunakan bahan daur ulang sebagai
material bangunan, hal ini dapat dilihat
dari penggunaan skavolding sebagai struktur bangunan, penggunaan kaca
bekas mobil sebagai kaca/ jendela, penggunaan kayu ulin bekas rel sebagai
penutup dinding, meja dan kursi yang terbuat dari ban roda mobil.
·
Mengurangi penggunaan cat, dengan
mengekspos semen sehingga bangunan tampak natural dan menyatu dalam alam, hal
ini dapat termasuk dalam pengehematan energy yang digunakan.
·
Bangunan ini juga mengurangi
dinding, sehingga mengurangi pula penggunaan semen. Seperti yang dapat dilihat
sedikit bagian dari bangunan ini yang menggunakan semen.
·
Adanya Vertikal garden juga dapat
dikategorikan sebagai Prinsip Green Arsitektur karena menambah ruang terbuka
hijau bagi bangunan.
·
Penggunaan kayu dengan pengolahan
yang tepat juga dapat dikategorikan sebagai hemat energy.
Foto :
VIDEO
DAFTAR PUSTAKA
http://gospoth.blogspot.co.id/2013/03/green-architecture.html
http://rumah-yusing.blogspot.co.id/2014/07/rumah-produksi-samsara-pictures-jakarta.html
http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/viewArticle/15778
https://www.youtube.com/watch?v=oC_nfFZ9vHM
Mediastika, C.E.2012. Hemat Energi dan Lestari Lingkungan melalui Bangunan.
Karyono, Tri Harso.2010.Green Architecture Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia.
Prianto, E. "Rumah Tropis Hemat Energi Bentuk Keperdulian Global Warming."Jurnal Pembangunan Kota Semarang RIPTEK 1.1 (2007): 1-10.
Prianto, E. "Rumah Tropis Hemat Energi Bentuk Keperdulian Global Warming."Jurnal Pembangunan Kota Semarang RIPTEK 1.1 (2007): 1-10.
nama : Alfon Julio Setiawan
Nrp : 21213010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar